Thursday, July 13, 2017

Ada Apa Antara Negara dan Tata Ruang





Ruang sebagai suatu wadah dalam mengekspresikan perilaku manusia yang beragam, kemudian membentuk sebuah pergerakan didalam sebuah ruang. Pergerakan tersebut tentunya memerlukan energi sebagai bahan bakar untuk tetap terus bergerak demi bertahan dan melanjutkan hidup.


Dalam ilmu fisika, terdapat teori hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa jumlah energi dari sebuah sistem tertutup itu tidak berubah, ia akan tetap sama. Energi tersebut tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan oleh manusia, namun ia dapat berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain.


Lalu, dimanakah kemudian manusia mendapatkan sumber perpindahan energinya dari luar untuk bergerak?


Jawabannya ada pada lagu “kolam susu”. Check This Out.


Lirik Lagu Kolam Susu


Bukan lautan hanya kolam susu.

Kail dan jalan cukup menghidupimu.

Tiada badai tiada topan kau temuii.

Ikan dan udang menghampiri dirimu.
Bukan lautan hanya kolam susu.

Kail dan jala cukup menghidupmu.

Tiada badai tiada topan kau temui.

Ikan dan udang menghampiri dirimu.
Orang bilang tanah kita tanah surga.

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Orang bilang tanah kita tanah surga.

Tongkat, kayu dan batu jadi tanaman.


Lanjut


Nah sumber daya alam dalam hal ini seperti sawah, kebun, hewan ternak, dan sebagainya merupakan sumber energi terbesar kita, manusia hanya dititpkan dari sang Maha Kuasa, untuk dikelola dan digunakan sesuai dengan porsinya masing-masing. Didalamnya ada supply (ketersediaan) dan demand (kebutuhan) yang harus saling menyeimbangkan. Namun, sayangnya hawa nafsu seorang manusia yang tak terkendali terkadang merampas keseimbangan itu.


Dibalik Meja Makan


Aku adalah seorang yang tinggal di sebuah rumah sederhana yang letaknya berada dipedalaman suatu negeri. Disekitarnya kalian dapat menikmati pemandangan indah, ada gunung, ada juga pantai. Sumberdayanya juga begitu melimpah, ada banyak sawah, kebun, ikan, hewan ternak, hingga sutra untuk bahan pakaian, yang semuanya itu telah tersedia layaknya sebuah hadiah yang datang dari surga. Sumberdaya tersebut kami kelola sendiri sehingga tak perlu lagi membeli dari luar. Kami aman, dan nyaman tinggal disini.


Rumah kami yang sederhana, sering didatangi tamu-tamu dari luar, baik untuk menikmati keindahan alam sekitar ataupun mengambil bahan pokok untuk dibeli dari kami.

Tamu-tamu ini, terkadang bilamana waktu makan tiba, kami selalu  mengajak mereka untuk makan bersama. Setelah selesai makan, biasanya kami tidak langsung untuk membubarkan diri dari meja makan. Kami menyempatkan berdiskusi beberapa hal dengan tamu-tamu tersebut.


Singkat cerita, pada suatu kesempatan berdiskusi di meja makan, kami mendapatkan sedikit masukan bahwa sudah waktunya kami meningkatkan kesehjateraan kami dengan merenovasi rumah, membeli perabotan untuk mempercantik interiornya, serta membeli kendaraan untuk sewaktu-waktu digunakan untuk berekreasi.


Kamipun lalu terbawa. Benar, sudah saatnya kami meningkatkan kesehjateraan diri. Apalagi tamu tersebut siap membantu kami mengurus segala urusan tersebut.


Kamipun lalu menjual beberapa lahan yang kami miliki kepada tamu tersebut, untuk dijadikan modal membangun rumah, dan membeli segala keperluan isinya termaksud kendaraan, dan lagi-lagi tamu tersebut mau membantu kami untuk membeli lahan yang akan kami jual.


Seiring berjalannya waktu kami menikmati hasil dari apa yang kami bangun, rumah yang indah serta kendaraan yang mewah. Namun, sayang hal itu tak berlangsung lama. Kami kekurangan bahan pokok pada saat musim paceklik datang, hal ini karena gudang bahan makanan kami sudah tidak memiliki cadangannya, diakibatkan lahan yang kami punya sudah tidak seluas dengan yang kami miliki sebelumnuya. Lahan yang kami jual juga sudah beralih fungsi menjadi bangunan beton. Sehingga betul-betul bila situasinya seperti ini, kami harus mengambil bahan makanan dari luar. Padahal, kami sendiri adalah petani, nelayan, dan peternak.


Negara dan Tata Ruang


Cerita dibalik meja makan tersingkap sebuah cerita, bahwa ruang yang didalamnya diisi oleh sumberdaya alam penghasil energi pergerakan manusia, ternyata memiliki keterbatasan produksi. Oleh karena itu, sebagai seorang penata ruang yang tugasnya mengelola setiap jengkal ruang yang ada di Negara ini, memiliki tanggungjawab yang besar tidak hanya untuk memperindah wilayah atau kota saja melalui pembangunan infrastruktur. Akan tetapi, juga harus kemudian menjamin kelangsungan hidup masyarakat yang ada didalamnya.


Adapun, untuk mengatur hal tersebut. Negara telah mengamanatkan pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945,  yang menjelaskan bahwa "bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat". Hal ini senada dengan penjelasan BAB I Pasal 1 UU No.26 Tahun 2007 mengenai penataan ruang, yang mengidentifikasi "Ruang” yaitu suatu wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya".


Ada Apa Anatara Negara dan Tata Ruang?


Ada apa antara negara dan tata ruang? Begini, bila kita menarik esensi dari kedua pasal perundang-undangan tesebut, maka kita akan menemukan bahwa kedua pasal tersebut memiliki komponen materi yang sama, materi tersebut membahas akan kekayaan sumber daya alam yang semestinya dikelola atas dasar kemakmuran rakyat untuk memelihara kelangsungan hidup (energi) makhluk yang ada didalamnya.  Kesimpulannya, ternyata bahwa wujud tata ruang secara tidak langsung merupakan seluruh bentuk negara itu sendiri. Sederhananya Tata Ruang = (sama dengan) Menata Negara itu Sendiri.


Negara dan Tata Ruang yang berwujud satu, memiliki tujuan dan cita-cita Bangsa yang dijabarkan dalam Pancasila, UUD 1945, Trisakti, dan Marhaenisme. Namun, Sejak 6 (enam) dekade pemahaman akan kebangsaan ini, kemduian dijauhkan dari pembentukan dasar pemikiran anak Bangsa, sehingga terkikisnya semangat nasionalisme yang tumbuh dari hal tersebut mengakibatkan mental untuk berfikir dan berbuat kepada Bangsa, kemudian hanya diukur sejauh kepentingan pribadi/golongan tercapai, bukan kepada kepentingan bersama yang efeknya lebih memiliki jangka panjang dikemudian hari. Sehingga, bila hal ini dimaksudkan kepada suatu karya penataan ruang. Maka, bisa kita pahami bahwa terkadang hasil perencanaan penataan ruang itu hanya sebuah deskripsi dari kepentingan beberapa orang, yang merugikan begitu banyak orang. Seperti cerita “dibalik meja makan” dengan pelaku tamu yang membisikan masukan yang sebenarnya tidak relevan dengan kebutuhan sang tuan rumah.


Pancasila, UUD 1945, Trisakti, dan Marhaenisme berkembang menjadi sebuah simbolitas semata di zaman orde baru hingga zaman demokrasi hari ini, ia kemudian telah kehilangan ruhnya sejak saat itu. Bahkan, dalam pembangunan Nasional, pemahaman trisakti dan perhatian akan kaum marhaen menjadi tidak begitu penting untuk dijunjung sebagai suatu kebutuhan yang mendesak terhadap hajat hidup masyarakat. Sehingga, masuknya pasar modal pada masa orde baru tersebut, serta ditambah dikelolanya berbagai sumber daya alam oleh pihak asing, menjerumuskan kita kemudian kepada tatanan negara (tata ruang) yang tidak berpihak kepada pemerataan kesejahteraan dari berbagai kelas. Pembangunan diukur dari nilai naiknya pendapatan negara atau persentase peningkatan berbagai aspek pembangunan, bukan pada kondisi nyata dengan melihat seberapa banyaknya jumlah masyarakat yang telah sejahtera untuk kemudian dapat menghidupi diri sendiri dan keluarganya. 


Tantangan Perencana


Negara dan Tata ruang, sekali lagi merupakan tanggungjawab yang begitu berat, yang diemban oleh seorang perencana tata raung. Penulis kemudian ingin menitipkan, bahwa sumberdaya alam merupakan indikator utama dalam pembangunan suatu wilayah, agar pada saat kita membangun suatu infrastruktur kita tidak melupakan faktor keseimbangan sumberdaya alam yang ada.

Adapun pada konteks prinsip perencanaan, tentu sebaiknya perencana memahami sejarah Indonesia dan pemahaman nilai-nilai tujuan serta cita-cita kebaangsaan kita, baik Pancasila, UUD 1945 tanpa amandemen, Marhaenisme, dan Trisakti yang menjadi satu. Memahami hal tersebut, memberikan kita akan penglihatan yang luas bahwa sedari dulu ternyata kita sedang tidak berjalan kemana-mana, kita tidak sedang membangun suatu peradaban bangsa kita sendiri. Sebaliknya, kita memajukan peradaban bangsa lain yang telah jauh maju kedepan meninggalkan kita yang tetap teriam ditempatnya.


Penjajahan Negara (Tata Ruang) memang tidak sedang memakai peluru, granatnya, tank-tank,  kapal-kapalnya ataupun pesawat-pesawatnya, Penjajahan sedang membelenggu hati, fikiran, dan tindakan setiap Individu Bangsa Indonesia dalam bentuk keserekahan yang berada pada sebuah sistem.


Pahamlah sejarah, karena dalam Al-Qur'an sendiri terkandung 35 surah dengan jumlah kurang lebih 1600 ayat dari 6342 ayat yang membahas tentang sejarah. Hal, ini diciptakan tentunya sebagai bahan pelajaran bagi manusia agar dapat mengetahui langkah kakinya kedepan. Presiden Soekarno pun dalam pidato terakhirnya sebagai presiden telah mengingatkan kita melalui pidatonya yang diberi judul JAS MERAH "JAngan Sekali-kali MElupakanj sejaRAH".


Penulis : Febrianto Samin