Sunday, March 25, 2018

Refleksi Morfologi Pendekatan Perencanaan Ibu Kota



Farid Nurrahman S.T., MSc.
Ig : @faridnurrahman
Lecturer of Urban and Regional Planning
Kalimantan Institute of Technology

Jakarta, ibu kota Indonesia yang mendunia ini merupakan pusat perekonomian terkuat dan juga menjadi patokan sebuah peradaban pembangunan perkotaan di seluruh Indonesia, sukses dan tidaknya perencanaan kota di Indonesia sebenarnya sudah dapat dicerminkan dari kondisi ibu kota nya. Pembangunan dan perencanaan kota Jakarta selalu menjadi perhatian utama sejak jaman kemerdekaan, sehingga banyak studi yang mengangkat tentang pentingnya penataan kawasan perkotaan dengan mengambil sampel di kota ini. Salah satu isu utama yang menjadi perhatian adalah bagaimana pendekatan perencanaan tersebut dilakukan dan seperti apa dampaknya baik dari sisi tata ruang, politik, dan pembentukan budaya masyarakat.

Sebelum Indonesia merdeka, pengembangan perencanaan kota Jakarta dilakukan pada masa kolonial diawali dengan menggunakan banyak pendekatan salah satunya adalah pendekatan ras dan golongan. Urusan perencanaan diutamakan untuk memenuhi kepetingan golongan tertinggi pada saat itu yaitu orang-orang eropa, klasifikasi perencanaan kota dibagi menjadi beberapa zona disesuaikan tingkatan golongan. Ciri khas zona-zona utama pada saat itu adalah bangunan megah yang memiliki fungsi administratif, sebagai penanda adalah bangunan memiliki fasad arsitektur bergaya eropa yang dimodifikasi dengan kondisi cuaca tropis untuk meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kegiatan. 

Selanjutnya pendekatan perencanaan kota untuk kalangan orang-orang Indo (Turunan pribumi dan Eropa), kalangan ini merupakan keturunan golongan elite dari keturunan ningrat maupun pejabat pribumi pada jaman kolonial. Pendekatan perencanan ini dibutuhkan secara simbol politis untuk menunjukan perencanaan kota secara representatif bukan hanya untuk golongan eropa saja. Secara zonasi, pusat kegiatan masih berada pada sekitaran zona utama, yang membedakan hanya besaran skala bangunan dan fasilitas yang didapatkan.

Golongan berikutnya yang terdampak perencanaan kota adalah para keturunan Timur Asing atau yang tidak asing di telinga kita sebagai keturunan China dan Arab. Fasilitas yang diberikan lebih kepada penggunaan zona-zona perdagangan, mulai dari kawasan pelabuhan hingga menuju zona utama, fungsinya lebih kepada menghidupkan sisi perekonomian perkotaan dari sisi supply dan demand kota tersebut, disamping itu pengembangan kawasan ini menjadi penting untuk mendukung eksistensi dan branding kota Jakarta pada jamannya.

Terakhir adalah perencanaan kota dari sisi pribumi, sebagai kasta terbawah, prioritas pembangunan yang terdampak untuk golongan ini tidak menjadi isu utama dan cenderung diperhatikan jika terjadi permasalahan saja. Perencanaan pun hanya mengangkat isu-isu utama saja sebagai contoh sanitasi kawasan tempat tinggal untuk mencegah terjadinya persebaran penyakit tertentu yang akan berdampak pada penggunaan fasilitas kesehatan dan isu perlindungan pada golongan yang bertempat tinggal dan berkegiatan di zona utama.

Aspek perencaan kota selalu menarik untuk dibahas, kompleksitas banyaknya stakeholder yang terlibat dalam pengembangan Jakarta menimbulkan adanya pertanyaan mendasar, yaitu tentang bagaimana dengan pendekatan perencanaan kota Jakarta saat ini, apakah masih menggunakan pendekatan yang sama diperjalanan menuju 73 tahun Indonesia merdeka, atau memang telah ada pelajaran yang diambil dari pendekatan yang sudah dilakukan di jaman kolonial.