Friday, August 18, 2017

Abrasi Pantai (Apa dan Seperti Apa?)




Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga sebagai erosi pantai. Kerusakan pada garis pantai akibat abrasi disebabkan oleh terganggunya keseimbangan alam pada daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.

Fenomena-fenomena alam yang menyebabkan abrasi diantaranya adalah pasang surut air laut, angin di atas lautan yang menghasilkan gelombang serta arus laut yang berkekuatan merusak. Sebab-sebab yang demikian hampir tidak bisa dielakkan sebab laut memiliki siklusnya sendiri. Dimana pada suatu periode, angin bertiup begitu kencang dan menciptakan gelombang serta arus yang tidak kecil.

Sementara itu, faktor-faktor yang menyebabkan abrasi yang disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri diantaranya adalah aktifitas eksploitasi besar-besaran terhadap kekayaan laut mulai dari ikan, terumbu karang dan lain sebagainya sehingga arus dan gelombang laut secara besar-besaran mengarah ke daerah pantai dan berpotensi menyebabkan abrasi. Faktor lain yang menandai terjadinya proses ketidakseimbangan ekosistem adalah aktivitas penambangan pasir. Penambangan pasir pantai yang terjadi besar-besaran dengan mengeruk sebanyak mungkin pasir serta dalam intensitas yang juga tinggi dapat mengurangi volume pasir di lautan bahkan mengurasnya sedikit demi sedikit. Ini kemudian berpengaruh langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang akan langsung menghantam pantai. Ketika tidak ‘membawa’ pasir, air pantai akan lebih ringan dari biasanya sehingga ia dapat lebih keras dan lebih cepat menghantam pantai sehingga proses yang demikian turut memperbesar kemungkinan terjadinya abrasi.

Dampak

Pertama, penyusutan area pantai. Penyusutan area pantai merupakan dampak yang paling jelas dari abrasi. Hantaman-hantaman gelombang yang begitu kerasnya pada daerah pantai dapat menggetarkan bebatuan dan tanah sehingga keduanya perlahan akan berpisah dari wilayah daratan dan menjadi bagian yang digenangi air. Ini tidak hanya merugikan sektor pariwisata, akan tetapi juga secara langsung mengancam keberlangsungan hidup penduduk di sekitar pantai yang memilik rumah atau ruang usaha.

Kedua, rusaknya hutan bakau. Penanaman hutan bakau yang sejatinya ditujukan untuk menangkal dan mengurangi resiko abrasi pantai juga berpotensi gagal total jika abrasi pantai sudah tidak bisa dikendalikan. Ini umumnya terjadi ketika ‘musim’ badai datang. Jika dampak yang satu ini terjadi, maka penanganan yang lebih intensif harus dilakukan, sebab dalam sebagian besar kasus, keberadaan hutan bakau masih cukup efektif untuk mengurangi kemungkinan abrasi pantai.
Ketiga, hilangnya tempat berkumpul ikan di perairan pantai. Ini merupakan konsekuensi logis yang terjadi dengan terkikisnya daerah pantai yang diawali gelombang dan arus laut yang destruktif. Ketika kehilangan habitatnya, ikan-ikan pantai akan kebingungan mencari tempat berkumpul sebab mereka tidak bisa mendiami habitat ikan-ikan laut karena ancaman predator ataupun suhu yang tidak sesuai dan gelombang air laut yang terlalu besar. Akibat terburuknya adalah kematian ikan-ikan pantai tersebut.

Tiga dampak abrasi di atas cukup menunjukkan bahwa abrasi sangatlah mengancam dan jika dibiarkan, daya destruktifnya dapat semakin merusak dan merugikan banyak pihak. Selain pada pemukim dan pebisnis di wilayah pantai, abrasi yang dibiarkan juga dapat berpengaruh besar terhadap hasil laut serta jenis-jenis sumberdaya alam yang menjadi bahan konsumsi pokok masyarakat sekaligus mata pencaharian sebagian masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit. Karena itulah, berbagai hal telah dilakukan dan atau dicanangkan untuk mencegah dan mengurangi abrasi pantai.

Pencegahan Abrasi

1.  Penanaman dan Pemeliharaan Pohon Bakau
Pohon bakau adalah jenis pepohonan pantai yang akarnya menjulur ke dalam air pantai. Pohon ini lazim ditanam di garis pantai yang sekaligus menjadi pembatas daerah yang berair dengan daerah pantai yang berpasir. Ketika pohon ini tumbuh dan berkembang, akarnya akan semakin kuat sehingga dapat menahan gelombang dan arus laut agar tidak sampai menghancurkan bebatuan atau berbagai macamjenis-jenis tanah (pasir) di daerah pantai yang sedikit demi sedikit mengalami pengikisan.

2.  Pemeliharaan Terumbu Karang
Terumbu karang di dasar laut dapat mengurangi kekuatan gelombang dan arus laut yang akan menyentuh pantai. Karena itu, jika tumbuhan dasar laut ini dilestarikan dan dilindungi, gelombang laut tidak akan seganas biasanya, sehingga kemungkinan abrasi pantai dapat diminimalisir.

3.  Pelarangan Tambang Pasir
Regulasi yang demikian sangat berperan penting dalam upaya mengurangi abrasi pantai. Jika persediaan pasir di laut tetap dalam kategori tercukupi. Maka air pasang, gelombang ataupun arus laut kemudian tidak akan banyak menyentuh garis pantai. Sehingga, abrasi bisa dihindarkan karena penyebab utamanya terhalang menyentuh sasaran.

4.  Pembangunan Alat Pemecah Ombak
Pemecah ombak (breakwater) adalah prasarana yang dibangun untuk memecak gelombang ombak, dengan menyerap sebagian energi gelombang yang masuk ke tepi pantai.

Pemecah ombak digunakan untuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai dan/atau untuk mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai untuk menenangkan gelombang di pelabuhan, sehingga kapal dapat merapat di pelabuhan dengan mudah dan cepat.

Adapun, Pemecah gelombang harus didesain optimal sehingga arus laut tidak menyebabkan pendangkalan pada pelabuhan, yang biasanya disebabkan oleh pasir yang mengendap di kolam pelabuhan. Bila hal ini terjadi maka pelabuhan perlu dikeruk secara reguler.