Thursday, August 3, 2017

Wanita dalam Ruang (Mencari Sudut Pandangnya)


Tahukah anda dengan Korps Wanita Angkatan Laut atau biasa disingkat KOWAL? Kesatuan militer wanita ini, yang lahir pada tanggal 5 januari 1963, merupakan suatu kesatuan Srikandi penjaga laut yang tugasnya menjaga keamanan laut dari perompak, penjarah, dan perusak sumberdaya perairan. Korps ini menunjukkan kepada kita kaum adam, bahwa “kaum hawa” tidak boleh dianggap sebelah mata terhadap peranannya untuk segala urusan. Termasuk, urusan yang katanya hanya berkaitan dengan seorang pria.

Seperti dikatakan mbah Prie G.S dalam bukunya waras di zaman edan, berdasar hasil penelitiannya, ia menyimpulkan bahwa hampir semua sudut pandang di Negeri ini merupakan hasil daripada sudut pandang laki-laki. Contohnya, jika sebuah kota dibangun, maka konsep tata kotanya hampir semua merupakan dari hasil sudut pandang pria. Begitupula dengan taman-taman kota yang sebagian besar berwajah maskulin. Sementara itu, pasar yang dibangunpun pasti dari hasil imajinasi para pria juga, walau kemudian para bakul yang ada didalamnya sebagian besar adalah wanita.

Sejrus dengan itu, Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, tercatat bahwa terdapat 81,263,055 juta penduduk usia produktif berjenis kelamin wanita, sedangkan pria sendiri terdapat 82.104.636 juta. ini berarti, di Indonesia perbandingan antara jumlah penduduk wanita dengan pria itu hampir mendekati seimbang, dan berdasar dari data tersebut, maka sudah sepantasnya pembangunan harus dibentuk secara adil, sebab antara pria dan wanita, keduanya sama-sama memiliki hak untuk menikmati hasil pembangunan. sebab  belajar dari ruang terkecil yaitu keluarga, peran wanita merupakan titik central kebahagiaan rumah tangga. Naluri alamiahnya seperti sebuah bagian kehidupan yang harus terus hadir demi terciptanya keseimbangan hidup. Seperti pada aspek ekonomi misalnya, wanita dituntut untuk lihai mengatur urusan keuangan rumah tangga, hal ini demi keberlangsungan hidup semua anggota keluarga didalmnya. Bila tidak, maka yang terjadi adalah ketidakharmonisan berkepanjangan.

Oleh Karena itu, naluri dasar wanita yang secara alami tumbuh didalam sanubarinya, layak kemudian untuk dijadikan suatu sudut pandang, dimana kehadirannya tidak hanya harus berada didalam ruang keluarga saja, tapi juga didalam ruang berbangsa dan bernegara.

Adapun tulisan lain, dari sisi wanita dan pembangunan berkelanjutan, kami rangkum dari suatu hasil penelitian beberapa pemikir melalui pendekatan cocokologi, semoga kemudian bisa menjadi suatu renungan bagi anda dirumah.

Wanita dan Pembangunan Berkelanjutan

Tahukah kalian? Dalam ilmu perencanaan wilayah dan kota, dituntut untuk menciptakan pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Serta, tahukah kamu? Bahwa pembangunan berkelanjutan memiliki tiga aspek pembentuk didalamnya, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Berdasar hal tersebut, setelah melalui proses yang panjang bersama para pemikir melalui pendekatan secara cocokologi, maka didapatlah bahwa harta. tahta, dan wanita adalah tiga aspek kehidupan yang menginspirasi ketiga aspek pembentuk dalam pembangunan berkelanjutan, adapun temuannya adalah (1)Harta diibaratkan seperti Ekonomi; (2) Sedangkan tahta mencakup Lingkungan kita, adapun; (3) Wanita merupakan aspek Sosialnya.

Lebih lanjut, berdasarkan teori pembangunan berkelanjutan, dimana demi menciptakan sisi lingkungan sosial (wanita) yang aman, nyaman, dan bahagia, maka pembangunan harus meningkat pada sisi aspek ekonomi (harta) dan lingkungan (tahta), hal itu persis seperti cocokologi yang kami temukan bersama para pemikir lainnya, dimana suatu fenomena untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan bahagia disisi wanita (sosial), memerlukan suatu upaya peningkatan pada posisi (tahta/lingkungan) strategis dibarengi dengan tingkat keuangan (harta/ekonomi) yang mencukupi. Hal ini dilakukan, demi terciptanya hubungan yang harmonis dan berkelanjutan, Karena kata seorang pujangga "Dibalik Pria yang Sukses, Ada Wanita yang Menunggu Gaji Suami Dirumah".

Penulis : Febrianto Samin